Aku
menyebutnya cinta
Ketika
jemarimu mampu bekukan asa
Ketika
bayang kelabumu menyesaki khayal
Ketika
jarak yang melintang terlanjur jera
Aku
menyebutnya cinta
Ketika
dadaku memburu
Mendegupkan
namamu
Bersama
helaan napasku
Aku
menyebutnya cinta
Apa
ini nyata?
Atau
bahkan, mungkinkah semu?