Minggu, 26 Mei 2013

Dear kamu :'(

Diposting oleh Unknown di 21:11
Jum’at, 24 Mei 2013—21:14 

  “Sekarang aku tau, nangis karena kecewa itu rasanya jauh lebih perih.”

For you—listen, I can’t see you like when we met for the first time. It was different know. I don’t know about what I feel now. I wanna scream but too shy for do that. I just cry now, tonight, because I was disappointed.
But,
I hope, I wouldn’t cry after it.

Goodbye. I don’t wanna meet you once more…
Please. Just let it go because you’re never know. You’re never know that I like you. Like you like crazy!

It Was About Him

Diposting oleh Unknown di 21:07

Ini tentang sebuah perasaan yang berhubungan langsung dengan dirinya. Dia yang selalu kurindu. Ini masih sebuah rasa yang kerap kali dirasakan setiap insan yang memiliki hati. Hati yang masih sanggup mencintai dengan sepenuh hati. Karena ini tentang cinta.
            Dia. Mengenangnya bukanlah hal yang indah, juga bukan hal yang menyenangkan. Tidak sama sekali. Bahkan setiap kali aku mengenangnya, aku akan kembali bertanya: apakah dia juga mengenangku seperti aku mengenangnya?

            Pertanyaan tolol karena aku sendiri tahu, tidak akan ada yang bisa menjawabnya. Hanya dia, dia, dia. Aku terlalu bodoh untuk hal ini. Tapi bukan berarti aku rapuh, aku cukup kuat untuk ini. Hanya terlalu bodoh, itu saja.

            Mataku menelusuri huruf-huruf yang menurutku begitu membingungkan—membuatku pusing padahal baru beberapa detik sejak aku memutuskan untuk mencari namaku. Daftar nama murid baru. Sedikit tidak masuk akal melakukan hal bodoh ini ketika sebenarnya aku telah mengetahui di mana kelasku.

            Bola mataku bergerak mengikuti rangkaian huruf selanjutnya. Hingga semakin ke bawah, tepat pada kolom ke-25, aku mengerjap. Masih tidak percaya, kusipitkan mataku agar bisa melihat lebih intens lagi.

Deg!

Tubuhku terpaku pada satu nama. Masih dengan kesadaran yang kupertahankan, kakiku mendadak melemas. Tubuhku tiba-tiba terasa berat hingga tak sanggup rasanya untuk tetap berdiri tegak. Tenagaku seperti terkuras habis, sangat sulit untuk digunakan bergerak. Aku takut tidak bisa menarik napas dengan benar, karena napasku langsung terputus-putus. Yang kutahu, ketika kuangkat tangan kananku ke dada. Di situ. Rasanya sakit sekali….

***



Kenapa harus bertemu bila akhirnya berpisah? Bukankah akan sia-sia saja? Bagaimana jika pertemuan itu meninggalkan rasa? Bagaimana bila setelah berpisah, rasa itu berubah menjadi luka? Lalu, siapa yang bisa kusalahkan?

Aku berlari. Menembus kerumunan siswa-siswi baru yang langsung memakiku kasar. Aku masih tak peduli karena aku memiliki satu tujuan yang masih ingin kugapai. Tidak peduli bagaimana efeknya nanti—bagaimana nantinya luka ini akan mati selamanya. Ya, hanya dia tujuanku saat ini. Dan aku ingin bertemu dengannya.

Napasku memburu, secepat detak jantungku.

Tubuhku begitu dingin ketika aku melihatnya di depan kelas—terlihat bahagia sekali tertawa bersama teman-temannya. Lelaki yang telah jangkung itu menggunakan seragam sepertiku.

Tidak, aku memang sudah tidak mengenali wajahnya. Wajahnya benar-benar berubah. Mungkin waktu terlalu andil di sini. Ya, pada akhirnya, waktu terlanjur mampu menyamarkan wajahnya. Salah siapa? Tapi aku yakin sekali. Karena getar-getar ini dapat kurasakan kembali setelah lima tahun mati. Aku yakin karena hatiku meyakinkanku.

Getar-getar ini memang miliknya.

Desiran ini juga miliknya.

Bodohnya, hatiku masih memilihnya.

Apa yang akan kulakukan sekarang? Setelah melihatnya dengan jarak sedekat ini? Apakah menyapanya adalah sesuatu yang buruk? Tidak, memang tidak. Tapi, masihkah dia mengingatku?

Aku sudah seperti terjatuh ketika tubuhku terasa lebih berat kembali. Rasanya seperti dijatuhkan ke sebuah kenyataan. Kenyataan yang tiba-tiba saja menamparku. Apakah dia masih mengingatku?



—for someone out there, I really miss you—
 

About My Feelings Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea