Pagi ini, aku kangen kamu. Bodoh memang, tapi yang namanya kangen juga gak akan pernah salah. Iya, kan?
Mungkin kamu sekarang udah lupa dan bahagia di sana. Tapi aku di sini masih bertahan walaupun kamu gak tau itu. It's okey. Aku sayang sama kamu tulus dan gak minta balasan. Aku sayang kamu tanpa pamrih dan kamu gak harus tau itu, kok. :)
Sebenernya, aku juga pengin terbiasa kayak kamu yang udah biasa tanpa aku. Tapi, kamu tau ini sulit ><
Seandainya kamu tau gimana rasanya jadi aku, pasti kamu juga akan rasain gimana takutnya kehilangan (saat itu, sebelum kamu pergi). Dan semua kemungkinan di otakku tiba-tiba menguap setelah aku yakin: udah gak ada harapan.
Eum, anyway, are you doing fine at place without me by your side? I'm not fine because I hate to be alone ... .
Sabtu, 22 Juni 2013
Kamis, 20 Juni 2013
Untitled
Kalian adalah salah satu
hal berharga yang mungkin tak terganti
Karena kalian salah satu
alasanku untuk bangun pagi dan tersenyum saat di sekolah.
Di antara kita selalu
ada kesenjangan,
Namun, semuanya mulai
pudar karna kebersamaan
Kalian adalah salah satu
alasan untuk datang pagi ke sekolah
Bertemu kalian adalah
anugerah yang Tuhan beri, karena aku tahu Tuhan Maha Baik
Tuhan memberiku
malaikat-malaikat berhati baik seperti kalian
Malaikat yang hampir
setiap harinya menemani walaupun untuk sekadar tertawa bersama
Kalian adalah keluarga
Tempat kembali saat aku
merasa terluka, kalian adalah keluarga
Tapi aku tahu,
Suatu saat nanti, aku
akan meninggalkan keluarga untuk menjadi lebih baik
Kalian tahu artinya apa?
Ya, kita … akan berpisah
Entah bagaimana waktu
berjalan begitu cepat
Hingga saat-saat
berpisah itu tiba, saat ini
Bahagia adalah melihat
kita memakai baju kebesaran toga sebagai lulusan tahun 2013
Kita semua lulus, teman!
Aku akan merindukan
saat-saat bersama kalian
Waktu yang berlalu
menghangat ketika kita bersama
Mengenal kalian, hingga
menjadi sedemikian dekat
Semua waktu bersama
kalian adalah berharga
Percayalah, aku tidak
akan melupakan masa-masa indah itu
Percayalah, karena kita
adalah keluarga
Ada saatnya kita akan
bertemu kembali setelah berpisah
Akan kutunggu saat-saat
kita berjumpa lagi
Aku menyayangi kalian,
selalu.
—untuk keluarga besar VII-B; VIII-A; terutama
IX-B—
Categories
Nottie
Rabu, 19 Juni 2013
Listen to me, please :'(
Pernah
tiba-tiba ngerasa kehilangan? Pas semua orang mulai menjauh dan hirauin kamu
gitu aja? Pernah? I often feel like that.
Akhir-akhir
ini mulai kehilangan satu persatu orang terdekat, rasanya sepi, kecewa, juga
iri. Aku gak tau sejak kapan aku gak percaya sama yang namanya sahabat. Karna bahkan
orang yang paling dekat—menurutku—adalah orang yang paling mudah nusuk kita. Dan
aku mulai ngerasain itu.
Iri
itu … ketika sahabatmu dapet perhatian lebih dan kamu gak dapet itu. kecewa itu
… pas sahabatmu (bahkan) gak peka dengan apa yang kamu rasain, tapi orang lain
justru peka kalo ‘kamu itu lagi gak baik-baik aja’.
Maybe I’m fine outside, but did you
ever known that I’m so hurt inside?
Hah~
Dan
sepi itu … ketika kamu lebih milih buat sendiri ketimbang ngerasa lebih sakit
lagi. Aku udah ngerasain gimana sakitnya sepi, kecewa, juga iri. Ketiganya
menguras air mata; dalam hati juga kurang nyaman. Mungkin keadaan seperti ini
bisa disebut terpuruk.
Coba
sekarang bayangin, gimana rasanya terpuruk—dan saat itu, orang yang kamu
butuhin (sangat kamu butuhin) mulai menghilang satu-satu? Coba rasain, gimana
sakitnya saat orang-orang yang kamu sayangi, justru mereka sumber rasa sakitmu?
Rasanya kayak dibuang pelan-pelan. Tapi yang namanya dibuang—walaupun pelan-pelan—pasti
bakalan dilupakan.
Pernah
tiba-tiba ngerasa mati rasa? Aku pernah.
Categories
My Feelings
Selasa, 18 Juni 2013
Listen!
Even though she's my friend, i'll never ever give her the man who I loved >/<
Categories
My Feelings
Minggu, 16 Juni 2013
Happy birthday, My sweetest thing!
16 Juni 2013 (Ultahmu 17 Juni)
Entah udah berapa tahun aku masih aja 'ngerayain' ulang tahunmu. Engga bisa lupa dan mungkin bakalan selalu inget. Aku kangen banget sama kamu. Kangen banget sampe aku bisa gila karna saking kangennya. >/<
Bingung, lah, mau ngomong apa. Rasanya kayak ngomong secara langsung sama kamu *sigh* Oh ya, udah berapa lama yaa waktu berlalu. Rasanya cepeeet banget. Iya, kan?
Sebenernya, aku pengin jadi orang pertama yang ngucapin ke kamu (walaupun engga secara langsung). Karna kamu tahu, kita jauh :'(
Kamu di kota mana, sih? Enak engga di sana? :(
Aku mau cerita, dengerin yah! Ada seseorang yang nyaris ngerebut tempatmu di sini, lho. Aku engga sebut nama, yah! Eeh, tapi kamu engga marah, kan? Aku suka sama dia. Tapi tetep aku engga bisa lupa sama kamu. Kamu itu ... umm ... something special yang engga akan pernah terganti. Yaa, mungkin emang engga sekuat dulu.
Tapi, sayangnya, *lagi-lagi* dia suka sama seseorang. Dan orang yang dia suka itu ... temen dekatku. Bisa rasain gimana rasanya jadi aku, kan? Hh, relain aja lah. Toh juga mau pisah kan, yaa? *sigh again*
Besok aku wisuda. Kamu udah wisudaan belom? Waktu kita SD engga ada yang namanya wisuda-wisudaan kan yaa? Makanya, ini first time buat aku. Padahal baru kemarin kita lulus SD yaa? Padahal baru kemarin kita rekreasi bareng ke Malang? Dan perasaan baru kemarin aku kenal kamu.
And the last, happy birthday, My first romance. Wishing the best for your life; I wanna meet you (someday) when you've got your dreams! Fighting, darl! Makes your parents so proud of you, My sweetest thing! Lvyu :*
With all of my love,
Dian Agustin
Entah udah berapa tahun aku masih aja 'ngerayain' ulang tahunmu. Engga bisa lupa dan mungkin bakalan selalu inget. Aku kangen banget sama kamu. Kangen banget sampe aku bisa gila karna saking kangennya. >/<
Bingung, lah, mau ngomong apa. Rasanya kayak ngomong secara langsung sama kamu *sigh* Oh ya, udah berapa lama yaa waktu berlalu. Rasanya cepeeet banget. Iya, kan?
Sebenernya, aku pengin jadi orang pertama yang ngucapin ke kamu (walaupun engga secara langsung). Karna kamu tahu, kita jauh :'(
Kamu di kota mana, sih? Enak engga di sana? :(
Aku mau cerita, dengerin yah! Ada seseorang yang nyaris ngerebut tempatmu di sini, lho. Aku engga sebut nama, yah! Eeh, tapi kamu engga marah, kan? Aku suka sama dia. Tapi tetep aku engga bisa lupa sama kamu. Kamu itu ... umm ... something special yang engga akan pernah terganti. Yaa, mungkin emang engga sekuat dulu.
Tapi, sayangnya, *lagi-lagi* dia suka sama seseorang. Dan orang yang dia suka itu ... temen dekatku. Bisa rasain gimana rasanya jadi aku, kan? Hh, relain aja lah. Toh juga mau pisah kan, yaa? *sigh again*
Besok aku wisuda. Kamu udah wisudaan belom? Waktu kita SD engga ada yang namanya wisuda-wisudaan kan yaa? Makanya, ini first time buat aku. Padahal baru kemarin kita lulus SD yaa? Padahal baru kemarin kita rekreasi bareng ke Malang? Dan perasaan baru kemarin aku kenal kamu.
And the last, happy birthday, My first romance. Wishing the best for your life; I wanna meet you (someday) when you've got your dreams! Fighting, darl! Makes your parents so proud of you, My sweetest thing! Lvyu :*
With all of my love,
Dian Agustin
Categories
My Feelings,
Nottie
Sabtu, 15 Juni 2013
That's why I can't forget you!
Kenapa kamu baik, buat aku engga bisa benci kamu?
Kenapa kamu punya pesona yang bikin aku semakin suka?
Kenapa aku engga bisa lupain kamu? :'(
Kenapa kamu punya pesona yang bikin aku semakin suka?
Kenapa aku engga bisa lupain kamu? :'(
Categories
My Feelings,
Nottie
Jumat, 14 Juni 2013
The Sweet Marshmallow
“Dia lebih membutuhkanmu,” ujar seorang
pria berambut perunggu sembari mengutak-atik ponselnya. Lawan bicaranya,
seorang laki-laki berkulit putih bersih, tersenyum lalu menggeleng.
“Tapi
dia lebih bahagia bersamamu,” balas Royan.
Laki-laki
berambut perunggu bernama Joe itu mengalihkan arah pandangnya, menatap sosok
lawan bicaranya dalam-dalam. “Hanya perasaanmu saja.”
“Tidak.
Aku merelakannya untukmu, untuk kau sayangi dan cintai. Awas saja kalau kau
berani membuatnya menangis!” ancam Royan sembari meninju pelan bahu Joe. Mereka
tertawa ringan sebelum akhirnya Royan memutuskan untuk pergi lebih dulu.
***
Forget mulled wine or spiced
cider, the perfect–and wonderfully indulgent–drink for winter is a steaming mug
of hot chocolate.
City Bakery, West 18th
Street, Manhattan, New York—saat musim dingin
Karen menambahkan beberapa marshmallow pada secangkir cokelat
panasnya. Asap tipis mengepul di sekitar cangkirnya. Tidak lama, Karen
menghirup perlahan aroma cokelat panas bercampur marshmallow yang mulai meleleh di cangkirnya. Marshmallow berwarna putih manis kesukaannya. It’s time!
Rasa manis dan lembut yang
ditimbulkan marshmallow membuat
sensasi di lidah Karen. Hangat minuman yang berhasil melewati tenggorokannya
turut serta membuat senyum gadis itu mengembang. Kegamangan hatinya tiba-tiba
menghilang ketika hangat dan lembut marshmallow
melebur menjadi perpaduan yang begitu
ia sukai.
Matanya terbelalak ketika seorang
pria tiba-tiba saja duduk di hadapannya—di bangku pojok kanan sebuah café.
Karen mengerjap tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Kau seperti melihat hantu,” kata
pria berambut perunggu sambil mengangkat sebelah alisnya. Karen mengerjap
lagi—kali ini sambil menepuk-nepuk pipinya pelan. Namun justru menimbulkan masalah
baru untuknya: pipinya memerah.
“Ah,” Gadis itu menyemburkan
napasnya lega setelah berhasil menetralkan debaran jantungnya—walaupun ia
sendiri masih belum sepenuhnya yakin. “Kupikir kau memang hantunya, Joe.”
Joe tertawa pelan, lalu meneruskan
pandangannya pada cangkir putih di depan Karen. “Dan kau—marshmallow lagi?”
Merasa itu sebuah pertanyaan, Karen
mengangguk sambil tersenyum tipis. “Kurasa kau gemar sekali menanyakan hal
itu.” ujarnya. Ia mengalihkan arah pandangnya ke sudut café, bau-bauan minuman
yang terasa hangat menempel pada dinding-dinding elegan café ini. Dengan
lagu-lagu klasik yang mengalun lembut di udara—benar-benar menenangkan dan
nyaman ketika salju-salju tipis bergelayut pada angin musim dingin di luar
sana.
Café sedikit lebih ramai hari
ini—minggu yang dingin. “Kau tidak ingin memesan sesuatu?” tanyanya. Joe
menggeleng pelan, lalu ia menjawab, “Musim dingin membuat perutku sulit
menerima apa yang kumakan.”
“Aneh.” gumamnya.
“Ya, aku tahu.”
Karen menyesap cokelat panasnya lagi—menyisakannya
hingga separuh dan meletakkan kembali ke meja.
“Hei, apa aku tidak salah lihat?”
seru Joe sambil memerhatikan wajah Karen yang sehalus porselen. Gadis itu
berkerut samar, “Hm?”
“Pipimu bersemu, merah.” katanya.
“kupikir itu efek karena tepukanmu tadi. Tapi beberapa detik yang lalu, aku
mulai ragu karena efek bekas tepukanmu tidak hilang-hilang. Memudar pun tidak.”
Karen melebarkan matanya yang sudah
bulat sambil menunduk menyembunyikan pipinya. Ia benar-benar salah tingkah kali
ini. Dan ia tahu ini bukan yang pertama kali ia rasakan—melainkan sejak
pertemuan pertamanya dengan Joe.
Momofuku
Milk Bar, Colombus Avenue, Manhattan, New York.
“Ingin
memesan sesuatu?” tanya seorang gadis manis—yang terlihat lebih mirip
manekin—di balik etalase besar yang memamerkan kue-kue cantik yang menggoda.
Sejenak Karen terpaku memandangi kue-kue cokelat yang berjajar rapi menunggu
para pembeli.
Karen
mengalihkan pandangannya dan mengangguk, “Ya, aku ingin cornflakes
marshmallow dan americano.” ujarnya bersemangat.
“Oke,”
sahut ‘gadis manekin’ itu sambil tersenyum ramah. “Segera kembali.” lanjutnya
sambil berlalu memasuki sebuah ruangan khusus yang tidak ia ketahui tempat apa
itu. Karen mengetuk-ngetukkan kukunya yang bercat oranye pada etalase sembari
menunggu pelayan itu kembali. Matanya memandangi menu di sebuah papan tulis
hitam—dengan tulisan dari kapur berwarna-warni.
“Menurutmu
minuman apa yang enak di sini?”
Karen
menoleh ke sumber suara—seorang laki-laki bertubuh tegap berambut perunggu
dengan T-shirt hitam yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat.
Karen tiba-tiba berpikir bahwa mungkin saja laki-laki itu albino.
“Kau
bertanya kepadaku?” tanyanya sambil mengarahkan telunjuknya tepat di depan
hidungnya. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya, “Mm, kurasa.” jawabnya.
Karen
menurunkan telunjuknya kikuk. “Mm, cappuccino—menurutku.”
“Oke,
aku pesan cappuccino.”
seru laki-laki itu seraya menoleh ke arah pelayan di balik etalase besar itu.
Karen mengikuti arah pandang laki-laki itu lalu tersenyum. Rupanya ‘gadis
manekin’ itu telah kembali dengan pesanannya. Setelah menggumamkan ‘terima
kasih’, Karen membawa pesanannya ke salah satu meja pengunjung.
Seperti
biasa, ia menghirup aroma kopi dalam-dalam. Meresapi nikmatnya aroma sedap yang
ditimbulkan di setiap tarikan napasnya. Wajahnya turut menghangat terkena asap
hangat kopinya.
“Boleh
aku duduk di sini?” suara ini mulai dikenal telinganya sejak beberapa menit
yang lalu. Ia sangat yakin itu. Namun untuk memastikan, ia mendongak untuk
melihat apakah telinganya dan otaknya masih ‘benar’.
“Oh,
tentu.” ujarnya dengan nada puas karena dugaannya benar. Laki-laki itu
menggenggam secangkir yang ia tebak isinya cappuccino—tentu saja. Ia duduk di hadapan Karen dan
mulai meminum cappuccino-nya. Karen
mengangkat tangan ke dadanya yang tiba-tiba berdebar-debar. Ia tidak tahu apa
yang baru saja ia rasakan itu. Dadanya berdebar dua kali lebih cepat daripada
biasanya. Dan ia tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya.
“Kau benar.” gumam laki-laki itu.
Karen
mengernyit. “Cappuccino-nya enak sekali.”
Kerutan
di dahi Karen perlahan menghilang. “Senang mendengarnya.”
“Aku
Joe. Kau?”
“Karen? Kau tidak mendengarku?”
Karen mengerjap lagi dan lagi.
Ingatannya terputar kembali pada beberapa bulan yang lalu. Pertemuannya dengan
Joe. Lelaki yang saat ini duduk di depannya.
“Maafkan aku… Aku hanya—” Joe
memiringkan wajahnya menatap mata abu-abu milik Karen. “oke, lupakan.” Dan
Karen langsung mengalihkan pandangannya.
“Pekan lalu, Royan menemuiku,”
ujarnya sontak membuat Karen menoleh. “Lalu? Mm, maksudku, apa yang dia
katakan?”
“Dia bilang … kau lebih bahagia
bersamaku. Dan—”
“Dan?”
“Dan dia mengancamku—untuk tidak
membuatmu menangis.” Karen mengangkat tangannya ke dahi, masih tidak percaya
bila ia diperebutkan oleh Royan dan Joe. Ia tentu tidak ingin persahabatan di
antara Royan dan Joe pecah karenanya. Astaga, ia bisa gila!
“Oke, biar kutebak! Kau—”
“Tentu saja aku bersedia.”
Categories
Short Story
Kamis, 13 Juni 2013
Uhm, I wanna tell you something
Malam ini mulai buat outline novel, sih. Ceritanya sih engga terlalu rumit. Konfliknya juga masih sederhana. Tentang labil-nya remaja jaman sekarang (kayak aku!)
Sedikit trauma pake setting luar negeri. Mabok google maps dan terlalu males buat riset lebih dalam; itu salah satu alasannya. Selain itu, bingung cari nama yang pas buat karakter mereka (kan kalo settingnya luar negeri, ada tingkat kesulitan tersendiri, yaa *ngeles). At last, aku pake latar kota tercintahh! *oww!
Dan, puff! Surabaya jadi alternatif pilihanku! Wakaka ^^.
Semoga keterima di SMKN 1 Surabaya, deh! Biar riset settingnya lebih mudah. Aamiin! ^^
Targetku, sih, buat karakter masing-masing tokoh bener-bener hidup. Pray for me, Guys! ^^,
Daan semoga aku engga mandeg di tengah jalan sampe kehabisan ide, yaa hihihi *laugh
Bocoran untuk nama-nama tokoh (yang insya allah) gentayangan di proyek ini:
1. Alena Sandra
2. Jo Alva
3. Julian
4. Aron
5. Karen
Karakter tambahan:
1. Elita
2. Grisabella
3. Royan
Okee, sekian perjumpaan kita kali ini *apasih!
Doakan untuk proyek satu ini!
Good nite, Guys! :*
Regards,
Dian Agustin
Categories
Nottie
Nottie :p
Akhir-akhir ini hobi banget nge-blog. Mungkin karena selama ini bingung mau cerita ke siapa. Hahaha X)
Kalo nulis di diary (kaya biasanya), kok malah males banget, ya?
Anyway, this is the way I express my self. How about you, Guys? \^o^/
XOXO
Dian Agustin
Kalo nulis di diary (kaya biasanya), kok malah males banget, ya?
Anyway, this is the way I express my self. How about you, Guys? \^o^/
XOXO
Dian Agustin
Categories
Nottie
Fiction?
Abis sholat maghrib, iseng buka-buka
buku pelajaran di meja belajar (maklum, udah selesai ujian jadi jarang buka
buku lagi). Dari sampulnya, aku langsung ingat kalo aku pernah nulis something di situ. Yaa … mungkin kayak
curhatan? Haha X)
Err... abis baca catatan ini, kok
tiba-tiba engga percaya pernah se-galau itu. *plak
Baca sendiri, deh. Di buku bergambar
daun maple (daun pas musim gugur itu, lho!) itu, tertulis tanggal pembuatan
(cielah!) 30 April 2013. Wih, abis UN, kan? Aku aja nyaris lupa kalo pernah
nulis ini. So, ini Cuma sekedar share
aja. Fiksi atau engga-nya, engga penting! ^^v
Mari membaca! /.\
Catatan
pertamaku, 30 April 2013
Ini bukan tentang bagaimana caraku
mendefinisikan. Tapi bagaimana aku dapat merasakan. Aku akan menulis apa yang
pernah kurasakan—kupastikan ini benar-benar tentang apa yang dapat dirasakan
hatiku. Karena ini tentang cinta.
Aku
menyukai bagaimana caranya memandangku: dengan tatapan lembutnya, namun justru
membuatku ingin cepat-cepat menunduk. Aku tidak tahu mengapa begitu. Yang jelas,
saat itu kurasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya menggelayutiku. Apa kalian
bisa menjelaskannya untukku?
Oh ya, satu lagi: aku juga menyukai bagaimana
dia tertawa.
Dengar,
aku akan selalu menyukai caranya membahagiakan dirinya sendiri. Tapi aku tak
tahu apakah aku juga akan menyukai caranya menyukai gadis lain? Bila itu
benar-benar membuatnya bahagia?
Pada
akhirnya, aku mengetahui siapa gadis yang super beruntung itu. Gadis yang mampu
membuat laki-laki yang kusuka jatuh cinta. Kumohon, jangan tanya bagaimana
rasanya. Barangkali bila aku boleh memilih, lebih baik tak pernah ada rasa suka
untuk laki-laki itu. Percayalah, cemburu itu lebih terdengar manusiawi!
Tidak tahukah dia, bagaimana aku harus
memalingkan wajah—menahan sakit hati saat mendengar kenyataan pahit itu
langsung dari mulutnya? Bagaimana dia tega membuatku jauh lebih sedih ketika
rasa itu hancur berkeping-keping? Bagaimana bingungnya aku mengatasi rasa
sedihku? Bagaimana caraku mengekspresikan tentang hal yang terjadi padaku hari
ini?
Tentang
apa yang kurasakan, tahukah dia?
Categories
Flash fiction,
My Feelings
What am I waiting for?
I feel like waiting for something that isn't going to happen (_ _")
Just waiting, hoping, and wishing. I can't explain how painful it is. :'(
Categories
My Feelings,
Pict,
Quotes
I'll be okay after it
I'll be fine. Just not today.
Let me sad today, because it so hurtful
But I promise, I'll smile again tomorrow.
Dian Agustin
Categories
My Feelings,
Pict,
Quotes
Rabu, 12 Juni 2013
Autumn Leaves
Sore hari di Osaka, langit kemerahan menjadi
latar musim gugur. Aku memandangi panorama itu dalam diam. Hanya berbataskan
kaca tipis, antara aku dan daun-daun musim gugur. Entah bagaimana, yang
kurasakan saat musim gugur tiba adalah kehampaan.
Gaun
longgar berbahan satin yang kukenakan tampak menyentuh lantai. Aku tahu, bodoh
sekali menggunakan baju setipis itu saat musim gugur. Tapi biarlah, mungkin
dengan hawa dingin musim gugur ini, aku bisa sejenak melupakan kehampaan itu.
Tapi,
hei, aku bahkan tidak tahu pasti apa yang membuatku merasakan perasaan menyiksa
ini? Hanya karena ia tidak memilihku? Ini bukan yang pertama kali, seingatku.
Ia bahkan sudah melakukannya berkali-kali kepadaku. Tapi aku menyayanginya,
sepenuh hati. Tiba-tiba aku membenci kenyataan pahit bahwa kita adalah sahabat.
Hanya sahabat; ingat itu! kau tidak boleh merusaknya—kau
tidak boleh mencintainya!
Mataku
memanas meratapi kepedihan yang tiba-tiba menggelegak dalam dada. Sampai kapan
terus begini? Menangisi kebodohanku; mencintainya. Dia yang bahkan tidak
mencintaiku dan tidak pernah mengerti bagaimana perasaanku kepadanya.
Sekuat
tenaga, kutahan air mataku. Aku tidak boleh menangis sendirian. Aku sudah
berjanji padanya—dan aku pantang mengingkari janji. Kualihkan perhatianku,
memandangi daun-daun kecokelatan melalui jendela. Daun-daun maple masih
berguguran seiring perjalanan musim gugur. Barangkali aku memang harus menyerah—berhenti
mencintainya. Tapi bisakah? Karena hanya dia yang selama ini ada di hatiku.
bagaimanapun akan sulit sekali menghapusnya tanpa bekas. Terkadang, hati
terlihat seperti sebuah papan tulis: akan meninggalkan bekas—walaupun dihapus
hingga sedemikian bersih. Tidak mudah mengubahnya seperti sedia kala.
Kutundukkan
kepalaku, tak tahu harus berpikir bagaimana lagi. Kalau boleh, aku ingin
mengaku; aku lelah bila harus bertahan. Bertahan.
Tubuhku bergetar lagi. Gejolak dalam dadaku mengalahkan logika. Bahkan aku
tidak mengingat janji itu—karena aku mulai menangis. Kupeluk tubuhku yang
dingin, sedingin hatiku. Tanpa tahu bagaimana bergetarnya kedua telapak
tanganku saat aku menyilangkan keduanya pada lengan.
Hingga
aku merasakan sebuah tangan hangat yang menyentuh pundakku. Aku mengenali kehangatan
yang ia timbulkan—begitu mengenali hingga mengagumi. Berjongkok, ia mengusap
air mata yang sudah jatuh. Menatap dalam mata cokelat kayunya membuatku ingin
menangis sekali lagi, aku tidak tahu perasaan macam apa yang mencoba menyusupi
hatiku saat menatap matanya. Mata yang begitu kusukai.
Ia
menghela napas sambil mengelus lembut rambut cokelatku, “Gadis bodoh, mengapa
kau mengingkari janjimu? Katakan padaku, hm?” katanya pelan. Dengan mata
berkaca-kaca, kugenggam erat tangannya di pipiku. Aku menggeleng, namun tanpa
senyum. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi tenggorokanku justru sakit. Aku
hanya diam sementara bulir-bulir air mata mulai jatuh satu persatu.
Tangannya
yang bebas meraih wajahku, “Ada yang ingin kausampaikan? Ceritakan padaku, aku
ingin mendengarnya…,”
“Mengapa
kau selalu bersikap baik padaku? Kau tahu, sikapmu yang seperti ini, justru
membuatku sering salah paham.” lirihku lalu menghindari tatapan teduhnya.
Ia
tidak menjawab, membuatku kembali mengangkat muka. Aku tidak tahu apa artinya, tapi ia
hanya tersenyum. Perasaan ingin memiliki kembali mendominasi hati dan
pikiranku, aku tidak tahu sejak kapan tanganku berani meraih tubuhnya hingga berada dalam pelukanku. Aku hanya ingin mengaku sekarang, karena aku tidak mau menunggu
lebih lama lagi.
“Aku
mencintaimu. Aku bilang, aku mencintaimu…,” kataku di tengah isakan yang
mendalam. “Kumohon jangan menyukai gadis lain lagi. Karena aku mencintaimu….”
Categories
Flash fiction
Selasa, 11 Juni 2013
Dear, My Eighteen :'(
Dear,
my eighteen,
Kamu
apa kabar? Baik, kan? Uhm, akhir-akhir ini udah jarang ketemu, kan? Bahkan kalo
aku lewat, kamu udah engga pernah nyapa aku lagi. Tapi bukan itu yang buat aku
sedih -___- justru, karena kamu cuma nyapa dia yang waktu itu jalan di
sampingku. Itu yang buat aku sedih *cried* segitu sukanya yaa sampe aku engga
kamu pandang lagi? Heey, seengganya sebagai teman, lah. Kenapa sih?! Rasanya pengen
nangis waktu itu. Kamu inget waktu itu aku buang muka, kan?
Padahal
aku udah janji bakalan engga ketemu kamu lagi. Tapi kalo liat sikapmu ini justru buat
aku semakin sakit—semakin benci kamu! Omongan cewe mana sih yang pernah bener? Seenggaknya
kita (para cewe) engga bisa konsisten sama janji yang kita buat sendiri. Itu cewe.
Kayak aku.
Kamu
tahu? Aku sempet pengen bilang suka ke kamu. Waktu itu aku mikir, aku bakalan
bilang suka ke kamu abis selesai UN. Tapi setelah UN, justru aku tahu hal yang
buat aku mundur. Yang buat aku semakin pengen benci kamu, kenapa harus dia? Kenapa
harus suka sama dia? Aku lebih rela kalo kamu suka cewe lain—selain dia. But, see? Kenapa harus dia, sayang?
Categories
My Feelings
Kamis, 06 Juni 2013
Quotes #10
"Tak perlu kamu mencari lagi dimana tulang rusukmu, aku disini yang menjadi tulang rusukmu."
Anonim
Anonim
Categories
Quotes
Quotes #9
"Ironi Cinta :
Wanita mencintai laki-laki yang menyakitinya.
Laki-laki menyakiti wanita yang mencintainya."
Mario Teguh
Wanita mencintai laki-laki yang menyakitinya.
Laki-laki menyakiti wanita yang mencintainya."
Mario Teguh
Categories
Quotes
Quotes #8
"Dalam cinta, kamu mungkin mencintai yang salah, menangis untuk alasan yang salah, tapi semua itu membantumu menemukan dia yang tepat."
Anonim
Categories
Quotes
Quotes #5
"Tak pernah kurasakan sebelumnya, bahagiaku. Seperti jalinan fantasi, pikirku. Namun tatapanmu membuatku kembali percaya. Karena bahagia bersamamu adalah tautan nyata."
Dian Agustin
Dian Agustin
Categories
Quotes
Langganan:
Postingan (Atom)