Minggu, 26 Januari 2014

Fate

Diposting oleh Unknown di 21:51

"Aku percaya bahwa jika kita bertemu sekali, kita sudah ditakdirkan untuk bertemu lagi."

Jumat, 10 Januari 2014

Seeing you from afar is enough

Diposting oleh Unknown di 23:28
“Aku tidak pernah menganggap ini takdir. Aku hanya menyukaimu, dan semuanya terjadi di luar kendaliku.”

Aku menyukai seseorang. Sebut dia istimewa. Tapi aku tidak akan mengejarnya. Bagiku, melihatnya dari jauh sudah cukup. Asal tak ada permasalahan di antara kita, aku tidak akan berbuat lebih jauh. Hanya, jika boleh aku meminta, kumohon jangan ada kata ‘saling menyakiti’ walaupun dari jauh.


Gresik, 10 Januari 2014—23:25 PM

I'm only an option, don't you?

Diposting oleh Unknown di 23:12
Pipinya memanas. Tapi ia tidak bisa merasakan perih bekas tamparan laki-laki itu di pipinya. Di dalam sini jauh lebih perih, di hatinya. Laki-laki itu benar-benar menamparnya di hadapan banyak orang tanpa mempedulikan bagaimana itu bisa saja melukai perasaannya.
            “Kita impas! Kau juga berkhianat!” cetus laki-laki bernama Sean itu. Laki-laki yang baru seminggu yang lalu putus hubungan dengannya.
            Gadis itu tidak membalas ucapan Sean, melainkan hanya menatap laki-laki itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Gadis itu hanya berusaha menyembunyikan rasa kecewanya dengan raut marahnya. Itu hanya kedok. Ia benar-benar merasa hancur ketika dituduh seperti itu. Terlebih orang yang menuduhnya berkhianat adalah orang yang masih dijadikan harapan untuknya.
            “Awalnya aku ingin mengajakmu kembali lagi kepadaku, aku ingin mengaku salah. Tapi apa yang kulihat hari ini telah membuktikan bahwa selama ini aku benar. Kau memang tidak pantas untuk dipertahankan!”
            Setetes air matanya jatuh. Ucapan itu terlalu menyakitkan. Seolah-olah dalam keadaan seperti ini hanya ia saja yang bersalah. Ia masih tidak ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Sean karena memang tidak ada gunanya. Laki-laki itu telah banyak berubah, ia benar-benar telah kehilangan Sean-nya yang dulu. Namun ia cukup tahu diri, ia tidak ingin berharap Sean-nya kembali.
            “Sean, aku tidak tahu mengapa aku harus menjadikanmu satu-satunya saat aku hanya kaujadikan sebagai pilihan? Egois!” gadis itu terus meneguhkan hatinya, show must go on.
            “Tapi mengapa harus dia, Sella? Mengapa kau kembali pada musuhku?” Sean masih bertahan dengan tatapan sinisnya saat ia menunjuk ke arah laki-laki lain yang berdiri tak jauh dari mereka berdiri. Sella sempat melupakan keberadaan Abiel di dekatnya. Pandangan tak kalah sinis juga dihujamkan Abiel pada Sean. Laki-laki itu semakin gusar saat Sean mengucap kata ‘musuh’ sebagai kata ganti namanya.
            “Musuhmu bukan berarti musuhku!” Sella menyeka lagi air mata yang sudah jatuh sebelum melanjutkan perkataannya. “Mengapa kau bertanya begitu? Bukankah aku tidak pernah bertanya alasanmu berselingkuh dengan kakakku?”
            Sella sangat sadar bahwa perkataannya cukup menyentil Sean. Terbukti saat Sean tidak balas menyanggah perkataannya seperti biasanya. Mengingat sifat alami Sean yang tidak mau kalah dan disalahkan.

            “Sekali lagi, kau egois, Sean!” Setelahnya, Sella benar-benar meninggalkan Sean yang masih terdiam kaku.
 

About My Feelings Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea