Jumat, 20 Februari 2015
For you, My One Magical Word
Rasa kecewaku adalah tiada duanya.
Kamu adalah orang yang kupercaya
selama hampir dua tahun ini. Orang yang selalu ingin kudahulukan, lebih dari
siapapun. Kamu membuat semangatku bangkit hanya dengan beberapa kata sederhana
saja. Dan kemudian kamu menghancurkanku hanya dengan kata-kata yang lebih
sederhana lagi.
Awalnya,
kupikir kamu mendukungku dengan berkata bahwa kamu akan membaca bukuku. Sejak saat
itu, aku mulai proaktif untuk menanyakan kabar naskahku dengan penerbit—bahwa kira-kira
kapan bukuku bisa terbit. Dan setelah menanti panjang hingga buku itu terbit, aku
ingin kamulah orang yang pertama kali kuberitahu.
Kupikir
kamu akan merespon dengan sangat baik, memberi dukungan atau semacamnya. Karena
untuk mengirim pesan kepadamu saja, aku harus melawan rasa malu dan rasa tidak
percaya diriku. Namun setelah dengan rasa berdebar-debar menunggu jawaban
pesanku, jawaban darimu benar-benar membuatku kecewa.
Walaupun
aku masih ingat benar kapan terakhir kali kamu membuatku kecewa, kupikir ini
yang lebih mengecewakan.
Maksudku,
janganlah membuatku menyesal karena telah melakukan ini. Setelah melihat
jawabanmu, aku merasa telah melakukan hal yang paling memalukan.
Maksudku,
janganlah bersikap sebegitu acuh. Bila aku benar-benar hanya temanmu, maka
perlakukan aku seperti kebanyakan temanmu.
Sebenarnya,
apa salahku?
Mengapa
kamu sering sekali menertawakanku?
Ini
tidak adil buatku. Bila kamu saja yang kubanggakan, bila kamu saja orang yang
bisa membuatku berusaha melihat sisi baik darimu ketika kamu melakukan hal yang
menurutku salah, bila hanya kamu saja laki-laki yang sampai saat ini
kusadari bahwa aku merasakan kagum lebih dari aku melihat laki-laki lain, bila
hanya kamu yang kusuka, mengapa kamu tidak bisa memperlakukanku sebaik kamu
memperlakukan perempuan-perempuan lain yang juga menyukaimu?
Tidakkah
kamu tahu bahwa setiap hal kecil yang kamu lakukan akan selalu kuingat?
Mengapa
yang bisa kamu lakukan sekarang adalah mengecewakanku?
Ini
pertanyaan terakhirku, apakah kamu membenciku?
Surabaya, 20 Februari 2015
Categories
My Feelings
Langganan:
Postingan (Atom)