Namaku sebelumnya tidak berarti apa-apa. Nama itu hanya
penggalan nama kedua orang tuaku yang lalu dipadukan. Dian Agustin yang berarti
Dian yang lahir di Bulan Agustus. Nama yang terdiri dari lima suku kata, sesuai
dengan tanggal lahirku—entah kebetulan atau tidak.
Namun
setelah beberapa bulan belakangan, nama itu menjadi pelajaran berharga dalam
hidup 16 tahun ini. Nama itu bermakna dan maknanya memberi pelajaran. Dian yang
berarti pelita—atau biasa dikenal dengan kata lilin.
Apa yang istimewa
dari lilin?
Sebenarnya
makna apa yang begitu memberi pelajaran baru dalam hidup?
Ia hanya
setiupan api. Nyala yang kecil. Namun karena itulah aku ingin mewujudkan makna
yang terkandung dalam sebuah nama. Lilin adalah nyala kecil di kegelapan, pemberi
cahaya di kegelapan. Menjadi pelita.
Aku ingin
menjadi setitik cahaya bagi kegelapan orang-orang terdekatku. Menjadi angan dan
perwujudan di atas hadirnya kegelapan. Terlebih, aku ingin menjadi pelita bagi
Ayah, menjadi nyala kecil cahaya bagi Ibu.
Aku yang
pernah menjadi dambaan bagi orang tuaku, kedua mutiara hidup. Aku ‘membiarkan’
mereka mendambaku selama tujuh tahun pasca pernikahan mereka. Setelah tujuh
tahun mendamba, aku hadir dalam bentuk dambaan yang menjadi kenyataan. Mungkin
itulah kali pertamaku menjadi pelita bagi Ayah dan Ibu. Aku dalam wujud dari pendambaan yang lama.
Dan untuk
sekali lagi, aku ingin menjadi pelita. Kali ini, aku ingin bukan hanya untuk
mereka , namun untuk mereka yang lebih banyak lagi—teman-teman dan orang-orang
tersayang. Aku ingin menjadi pelita, nyala kecil api di atas lilin. Menjadi
pelita yang lahir di Bulan Agustus.
Gresik, 28 September, 2014
d'ags