Insp.
Lagu Vierra-Semua Tentangmu.
Tak ada yang istimewa malam
ini. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Bintang menunjukkan gugusannya
membentuk berbagai rasi yang entah apa namanya, aku tak tahu. Setia menemani
bulan yang tampak memantulkan cahaya sang surya. Menjadi penyemarak kelabunya
langit malam.
Setiap insan pasti memiliki
pandangan masing-masing. Mereka mempunyai cara sendiri untuk menerjang kerasnya
kehidupan. Seperti halnya aku yang mempunyai sudut pandang tersendiri dalam
kisahku. Menunggu dan menanti, hal yang sangat tak kusukai. Menunggu tanpa
sebuah kepastian. Akankah dia kembali? Cinta pertama yang pergi meninggalkanku
dengan luka yang mendalam dihati. Cinta pertama yang membawaku terbang ke awan
penuh warna dan membuatku terjatuh! Aku sakit! Namun, segenap hatiku tak dapat
memungkiri bahwa aku masih mencintainya.
Terkadang aku merasa capai.
Mengapa dia tega meninggalkanku? Namun, kenapa aku slalu menunggunya? Karena
aku sayang dia!
Cinta itu
buta…
Cinta itu
rumit…
Cinta itu
butuh pengorbanan…
Aku rasa,
semua benar! Yeah, benar untukku.
*****
Semua
tentangmu
Selalu
membekas dihati ini
Cerita
cinta kita berdua
Akan
selalu…
‘Dunia akan terasa lebih indah
bila diwarnai dengan cinta’ Benarkah? Bagaimana kalau ini, ‘Sebelum mengenal
cinta, baiknya siapkan dirimu untuk sakit hati’. Umm, kurasa lebih benar
kalimat kedua. Cinta dan sakit hati datangnya satu paket. Bagaimanapun saat kau
merasakan apa itu ‘cinta’, maka bersiaplah merasakan juga yang namanya ‘sakit
hati’.
Aku tersenyum miris. Aku
kembali menatap sebuah kotak musik berbentuk hati berwarna merah jambu
ditanganku. Aku menatapnya seraya mengingat wajahmu kala itu. Kau berika senyum
manismu kepadaku. Ah, mengingatnya membuat hatiku makin teriris.
Hujan sangat lebat, mengguyur
Kota Hujan hari ini. Aku terdiam menatap lelehan air hujan yang mengalir
dibalik jendela kamarku. Aku tersentak kaget saat tiba-tiba kulihat seseorang
yang kukenal, basah kuyup di teras rumahku.
“Alby?”
Dia tampak menggigil kedinginan.
Setelah mempersilahkannya duduk, aku segera masuk kembali untuk mengambil
sebuah handuk dan menyeduhkannya secangkir cokelat panas, lalu kembali menemui
Alby yang tengah menungguku. Hujan masih setia mengguyur Kota Bogor, siang ini.
“Mengapa kamu nekat kesini? Aku
rasa kamu bisa sakit setelah ini.” Ujarku khawatir. Alby mengusap rambut
basahnya dengan handuk. Dia terlihat sangat tampan ketika seperti itu.
“Tenanglah, aku tak akan sakit
setelah ini. Kamu terlalu mengkhawatirkanku,”
Alby Haykal Al-Fariz, selalu
saja begitu. Aku mengkhawtirkannya karena aku sayang dia…
“Ini…” Alby memberiku sebuah
kado yang memang kutunggu darinya. “Selamat ulang tahun, sayang! Semoga kamu
semakin dewasa, semakin kuat, dan semakin… eh?” Harapnya terhenti karna aku
langsung mendekapnya. Aku menangis haru dipundaknya. Alby mengusap lembut
rambut kecokelatanku yang tergerai lurus. “dan semakin cantik!” Lanjutnya
ketika aku telah melepaskan pelukanku. Aku tersenyum ketika Alby tiba-tiba
menghapus air mataku yang meleleh dikedua pipiku dengan ibu jarinya.
“Aku tahu, kamu adalah gadis
yang cantik ketika tersenyum. Jadi, tersenyumlah untukku, Za. Aku juga tahu
kenapa kedua orang tuamu memberimu nama ‘Embun Yeritza’, karena oang yang
melihatmu tersenyum akan mendapat kesejukan dihatinya. Seperti aku…”
Alby membelai lembut rambutku.
Dia memang selalu membuatku senang. Dia rela hujan-hujanan demi memberi sebuah
hadiah ulang tahun untukku. Tuhan, malaikat apa yang kau kirim untukku ini? Dia
sangat baik untukku…
“Terima kasih! Terima kasih
atas semuanya. Kasih sayang kamu, pengorbanan kamu, dan semuanya. A-aku tak
tahu bagaimana membalasmu. A-aku–” Alby menempelkan telunjuknya kebibirku yang
langsung mengatup.
“Kamu sayang aku?” Tanyanya
yang dibalas anggukanku.
“Kamu cinta aku?” lagi-lagi aku
mengangguk. Tertoreh sebuah senyuman yang khas dibibirnya, menimbulkan sebuah
lesung pipit dipipi kirinya. Dia mendekat dan mencium keningku lembut. Aku
memejamkan mata menikmati sentuhan itu.
“Aku juga!”
Perih sekali untukku mengingatnya.
Kenangan yang menurutku –dulu- sangat manis, menorehkan luka yang cukup dalam
dihati. Membuatku meringis perih. Ah, sudahlah! Itu masa lalu, bukan?
*****
Semua
kenangan
Tak
mungkin bisa
Kulupakan,
kuhilangkan
Takkan
mungkin kubiarkan
Cinta
kita berakhir…
Bagaimana rasanya jika orang
yang kau sayangi, kau cintai, tiba-tiba berubah menjauhimu? Ah, saat itulah kau
selalu bertanya-tanya, ‘Kenapa dia menjauhiku? Apa salahku?’.
Aku pun begitu, akhir-akhir ini
Alby selalu menjauhiku. Setiap aku mendekatinya, dia selalu menjauh dariku.
Setiap kali aku mengajaknya jalan, dia selalu menolak dengan berbagai alasan.
Seperti saat itu…
Hari ini, aku pulang sekolah
lebih cepat. Entahlah, temanku bilang, guru-guru sedang ada workshop. Setelah
mengemasi buku-buku yang berserakan di meja, aku segera meninggalkan ruang
kelas yang sudah mulai sepi. Kulangkahkan kakiku lemas melalui ruang-ruang yang
sepi. Seperti biasa, aku menunggu pak Wodjo –supirku- di depan gerbang sekolah,
sendiri. Tiba-tiba, aku melihat Alby yang kurasa juga akan pulang. Kuhentikan
langkahnya dan menyapanya. Dia menjawabnya sangat datar, biasa dan terkesan
sedikit kaku.
“Umm, bagaimana kalau kita
nanti jalan-jalan. Sudah lama sekali kita tidak jalan berdua. Kudengar, di
dekat restaurant seafood ujung jalan, ada bazar! Umm, bolehkah kita pergi
berdua?” Ucapku takut-takut.
“Maaf, tapi aku sudah berjanji
akan menemani papa dan mama ke rumah saudara. Kamu bisa datang dengan Mas Ben
–kakakku- kalau kamu mau. Maaf!” Alby mengacak pelan rambutku dan melenggang
pergi. Begitu saja? Argh! Rasanya aku ingin menangis. Menangis
sekencang-kencangnya dan berteriak menumpahkan semua yang mengganjal
dipikiranku.
Mengapa semua pria diciptakan
bersama keegoisannya? Dan mengapa wanita diciptakan bersama kelemahannya? Hey,
aku kuat! Aku tak rapuh!
*****
Ku tak
rela…
Ku tak
ingin kau lepaskan semua,
Ikatan
tali cinta
Yang tlah
kita buat slama ini…
12 bulan lebih 13 hari. Umur
hubunganku denganmu, Alby. Dan kau tahu? Sudah 13 hari juga kau menghiraukanku,
Alby. Apakah kau tahu bagaimana hatiku saat ini? Hancur. Sakit. Tak berbentuk.
Sama seperti saat itu, kau buat hati ini hancur berkeping-keping!
Dima janji manismu dulu? Saat
kau bilang ‘aku cinta kamu!’ argh! Dimana kenangan manis, sangat manis yang kau
ciptakan untukku? Saat kau kecup hangat keningku. Dimana, Alby? Dimana?!! Apa
kau tak memiliki hati –lagi-?
Bogor,
15.30 WIB.
Drrt.
Drrt. Drrt.
Suara getar ponsel
mengagetkanku. Aku yang sedang melamun di atas ranjang, segera meraih ponsel
berwarna putih itu.
1 pesan diterima.
Siapa?
Tanpa pikir panjang, segera kutekan
tombol ‘buka’ di ponselku.
From: 081332415994
Ak tunggu kmu di
restoran seafood biasax.
‘Alby’
Mataku membulat saat aku
melihat nama ‘Alby’ dilayar ponselku. Betapa senangnya aku… Aku segera bersiap-siap
dan bergegas menemui Alby.
Mataku menyapu setiap bangku di
restaurant. Aku menarik ke dua sudut bibirku saat mataku menemukan Alby yang
tengah duduk sendiri sembari melambaikan tangan ke arahku.
“Maaf, lama. Huh! Sudah lama
menungguku?” Tanyaku sembari menempatkan posisi dudukku –menghadap Alby-.
“Tak apa… Za, aku mau bicara
sesuatu ke kamu…”
“Mau bicara apa?” Keningku
berlipat-lipat heran.
“Ehm, kita putus, yah?”
Jleb!
Bagai dihujam ribuan pedang sembilu, mampu membuatku merasakan sakit yang
teramat sangat rasanya. Kata-kata yang selalu kutakutkan, keluar dari mulut
Alby.
“A-apa…?” Air mataku mulai
menggenang dipelupuk mataku. Kau tega, Alby!!
“Maaf, tapi kurasa, sudah tak
ada lagi kecocokan diantara kita. Dan kurasa… putus jalan terbaik…” Terbaik?
Apa maksudmu, Alby?!! Apa kau bodoh?! Ini buruk untukku!!
“Jaga dirimu baik-baik, Za…
kamu punya tempat istimewa dihatiku,” Alby bangkit dari kursinya dan
mencondongkan sedikit tubuhnya untuk mencium keningku. Ah, aku rindu padamu,
By! Mengapa kau tega membuatku sesakit ini?!
“Tetap tersenyum, embun-ku!”
Alby mengacak-acak lembut poniku dan beranjak pergi. Aku masih terdiam di
bangku ini, air mataku sudah menetes sedari tadi. Hatiku perih, sakit! Aku
menenggelamkan kepalaku diantara kedua tanganku dan menangis hingga aku… kau
tentu tahu bagaimana aku saat ini…
*****
Aku
disini…
Slalu
menanti…
Ku takkan
letih menunggumu…
Hari berganti minggu, minggu
berganti bulan. Dan sampai saat ini aku masih menunggumu, Alby. Aku tahu, kau
takkan kembali disini, di sampingku. Bagaimana mungkin aku terbang mencari
cinta yang lain, saat sayap-sayapku telah patah karnamu… tapi percayalah, semua
tentangmu, akan selalu membekas dihatiku ini. Karena kaulah, cinta pertamaku…
-The End-