Senin, 14 Januari 2013

Cerpen, “Tentangmu…”

Diposting oleh Unknown di 21:17


Insp. Lagu Vierra-Semua Tentangmu.

                 Tak ada yang istimewa malam ini. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Bintang menunjukkan gugusannya membentuk berbagai rasi yang entah apa namanya, aku tak tahu. Setia menemani bulan yang tampak memantulkan cahaya sang surya. Menjadi penyemarak kelabunya langit malam.
                 Setiap insan pasti memiliki pandangan masing-masing. Mereka mempunyai cara sendiri untuk menerjang kerasnya kehidupan. Seperti halnya aku yang mempunyai sudut pandang tersendiri dalam kisahku. Menunggu dan menanti, hal yang sangat tak kusukai. Menunggu tanpa sebuah kepastian. Akankah dia kembali? Cinta pertama yang pergi meninggalkanku dengan luka yang mendalam dihati. Cinta pertama yang membawaku terbang ke awan penuh warna dan membuatku terjatuh! Aku sakit! Namun, segenap hatiku tak dapat memungkiri bahwa aku masih mencintainya.
                 Terkadang aku merasa capai. Mengapa dia tega meninggalkanku? Namun, kenapa aku slalu menunggunya? Karena aku sayang dia!

Cinta itu buta…
Cinta itu rumit…
Cinta itu butuh pengorbanan…

Aku rasa, semua benar! Yeah, benar untukku.
*****
Semua tentangmu
Selalu membekas dihati ini
Cerita cinta kita berdua
Akan selalu…
                 ‘Dunia akan terasa lebih indah bila diwarnai dengan cinta’ Benarkah? Bagaimana kalau ini, ‘Sebelum mengenal cinta, baiknya siapkan dirimu untuk sakit hati’. Umm, kurasa lebih benar kalimat kedua. Cinta dan sakit hati datangnya satu paket. Bagaimanapun saat kau merasakan apa itu ‘cinta’, maka bersiaplah merasakan juga yang namanya ‘sakit hati’.
                 Aku tersenyum miris. Aku kembali menatap sebuah kotak musik berbentuk hati berwarna merah jambu ditanganku. Aku menatapnya seraya mengingat wajahmu kala itu. Kau berika senyum manismu kepadaku. Ah, mengingatnya membuat hatiku makin teriris.
                 Hujan sangat lebat, mengguyur Kota Hujan hari ini. Aku terdiam menatap lelehan air hujan yang mengalir dibalik jendela kamarku. Aku tersentak kaget saat tiba-tiba kulihat seseorang yang kukenal, basah kuyup di teras rumahku.
                 “Alby?”
                 Dia tampak menggigil kedinginan. Setelah mempersilahkannya duduk, aku segera masuk kembali untuk mengambil sebuah handuk dan menyeduhkannya secangkir cokelat panas, lalu kembali menemui Alby yang tengah menungguku. Hujan masih setia mengguyur Kota Bogor, siang ini.
                 “Mengapa kamu nekat kesini? Aku rasa kamu bisa sakit setelah ini.” Ujarku khawatir. Alby mengusap rambut basahnya dengan handuk. Dia terlihat sangat tampan ketika seperti itu.
                 “Tenanglah, aku tak akan sakit setelah ini. Kamu terlalu mengkhawatirkanku,”
                 Alby Haykal Al-Fariz, selalu saja begitu. Aku mengkhawtirkannya karena aku sayang dia…
                 “Ini…” Alby memberiku sebuah kado yang memang kutunggu darinya. “Selamat ulang tahun, sayang! Semoga kamu semakin dewasa, semakin kuat, dan semakin… eh?” Harapnya terhenti karna aku langsung mendekapnya. Aku menangis haru dipundaknya. Alby mengusap lembut rambut kecokelatanku yang tergerai lurus. “dan semakin cantik!” Lanjutnya ketika aku telah melepaskan pelukanku. Aku tersenyum ketika Alby tiba-tiba menghapus air mataku yang meleleh dikedua pipiku dengan ibu jarinya.
                 “Aku tahu, kamu adalah gadis yang cantik ketika tersenyum. Jadi, tersenyumlah untukku, Za. Aku juga tahu kenapa kedua orang tuamu memberimu nama ‘Embun Yeritza’, karena oang yang melihatmu tersenyum akan mendapat kesejukan dihatinya. Seperti aku…”
                 Alby membelai lembut rambutku. Dia memang selalu membuatku senang. Dia rela hujan-hujanan demi memberi sebuah hadiah ulang tahun untukku. Tuhan, malaikat apa yang kau kirim untukku ini? Dia sangat baik untukku…
                 “Terima kasih! Terima kasih atas semuanya. Kasih sayang kamu, pengorbanan kamu, dan semuanya. A-aku tak tahu bagaimana membalasmu. A-aku–” Alby menempelkan telunjuknya kebibirku yang langsung mengatup.
                 “Kamu sayang aku?” Tanyanya yang dibalas anggukanku.
                 “Kamu cinta aku?” lagi-lagi aku mengangguk. Tertoreh sebuah senyuman yang khas dibibirnya, menimbulkan sebuah lesung pipit dipipi kirinya. Dia mendekat dan mencium keningku lembut. Aku memejamkan mata menikmati sentuhan itu.
                 “Aku juga!”

                 Perih sekali untukku mengingatnya. Kenangan yang menurutku –dulu- sangat manis, menorehkan luka yang cukup dalam dihati. Membuatku meringis perih. Ah, sudahlah! Itu masa lalu, bukan?
*****
Semua kenangan
Tak mungkin bisa
Kulupakan, kuhilangkan
Takkan mungkin kubiarkan
Cinta kita berakhir…

                 Bagaimana rasanya jika orang yang kau sayangi, kau cintai, tiba-tiba berubah menjauhimu? Ah, saat itulah kau selalu bertanya-tanya, ‘Kenapa dia menjauhiku? Apa salahku?’.
                 Aku pun begitu, akhir-akhir ini Alby selalu menjauhiku. Setiap aku mendekatinya, dia selalu menjauh dariku. Setiap kali aku mengajaknya jalan, dia selalu menolak dengan berbagai alasan. Seperti saat itu…

                 Hari ini, aku pulang sekolah lebih cepat. Entahlah, temanku bilang, guru-guru sedang ada workshop. Setelah mengemasi buku-buku yang berserakan di meja, aku segera meninggalkan ruang kelas yang sudah mulai sepi. Kulangkahkan kakiku lemas melalui ruang-ruang yang sepi. Seperti biasa, aku menunggu pak Wodjo –supirku- di depan gerbang sekolah, sendiri. Tiba-tiba, aku melihat Alby yang kurasa juga akan pulang. Kuhentikan langkahnya dan menyapanya. Dia menjawabnya sangat datar, biasa dan terkesan sedikit kaku.
                 “Umm, bagaimana kalau kita nanti jalan-jalan. Sudah lama sekali kita tidak jalan berdua. Kudengar, di dekat restaurant seafood ujung jalan, ada bazar! Umm, bolehkah kita pergi berdua?” Ucapku takut-takut.
                 “Maaf, tapi aku sudah berjanji akan menemani papa dan mama ke rumah saudara. Kamu bisa datang dengan Mas Ben –kakakku- kalau kamu mau. Maaf!” Alby mengacak pelan rambutku dan melenggang pergi. Begitu saja? Argh! Rasanya aku ingin menangis. Menangis sekencang-kencangnya dan berteriak menumpahkan semua yang mengganjal dipikiranku.

                 Mengapa semua pria diciptakan bersama keegoisannya? Dan mengapa wanita diciptakan bersama kelemahannya? Hey, aku kuat! Aku tak rapuh!
*****
Ku tak rela…
Ku tak ingin kau lepaskan semua,
Ikatan tali cinta
Yang tlah kita buat slama ini…

                 12 bulan lebih 13 hari. Umur hubunganku denganmu, Alby. Dan kau tahu? Sudah 13 hari juga kau menghiraukanku, Alby. Apakah kau tahu bagaimana hatiku saat ini? Hancur. Sakit. Tak berbentuk. Sama seperti saat itu, kau buat hati ini hancur berkeping-keping!
                 Dima janji manismu dulu? Saat kau bilang ‘aku cinta kamu!’ argh! Dimana kenangan manis, sangat manis yang kau ciptakan untukku? Saat kau kecup hangat keningku. Dimana, Alby? Dimana?!! Apa kau tak memiliki hati –lagi-?

Bogor, 15.30 WIB.
Drrt. Drrt. Drrt.
                 Suara getar ponsel mengagetkanku. Aku yang sedang melamun di atas ranjang, segera meraih ponsel berwarna putih itu.

1 pesan diterima.

Siapa? Tanpa pikir  panjang, segera kutekan tombol ‘buka’ di ponselku.
From: 081332415994
Ak tunggu kmu di restoran seafood biasax.
‘Alby’

                 Mataku membulat saat aku melihat nama ‘Alby’ dilayar ponselku. Betapa senangnya aku… Aku segera bersiap-siap dan bergegas menemui Alby.
                 Mataku menyapu setiap bangku di restaurant. Aku menarik ke dua sudut bibirku saat mataku menemukan Alby yang tengah duduk sendiri sembari melambaikan tangan ke arahku.
                 “Maaf, lama. Huh! Sudah lama menungguku?” Tanyaku sembari menempatkan posisi dudukku –menghadap Alby-.
                 “Tak apa… Za, aku mau bicara sesuatu ke kamu…”
                 “Mau bicara apa?” Keningku berlipat-lipat heran.
                 “Ehm, kita putus, yah?”
Jleb! Bagai dihujam ribuan pedang sembilu, mampu membuatku merasakan sakit yang teramat sangat rasanya. Kata-kata yang selalu kutakutkan, keluar dari mulut Alby.
                 “A-apa…?” Air mataku mulai menggenang dipelupuk mataku. Kau tega, Alby!!
                 “Maaf, tapi kurasa, sudah tak ada lagi kecocokan diantara kita. Dan kurasa… putus jalan terbaik…” Terbaik? Apa maksudmu, Alby?!! Apa kau bodoh?! Ini buruk untukku!!
                 “Jaga dirimu baik-baik, Za… kamu punya tempat istimewa dihatiku,” Alby bangkit dari kursinya dan mencondongkan sedikit tubuhnya untuk mencium keningku. Ah, aku rindu padamu, By! Mengapa kau tega membuatku sesakit ini?!
                 “Tetap tersenyum, embun-ku!” Alby mengacak-acak lembut poniku dan beranjak pergi. Aku masih terdiam di bangku ini, air mataku sudah menetes sedari tadi. Hatiku perih, sakit! Aku menenggelamkan kepalaku diantara kedua tanganku dan menangis hingga aku… kau tentu tahu bagaimana aku saat ini…
*****
Aku disini…
Slalu menanti…
Ku takkan letih menunggumu…

                 Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dan sampai saat ini aku masih menunggumu, Alby. Aku tahu, kau takkan kembali disini, di sampingku. Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain, saat sayap-sayapku telah patah karnamu… tapi percayalah, semua tentangmu, akan selalu membekas dihatiku ini. Karena kaulah, cinta pertamaku…

-The End-
 

About My Feelings Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea